Keterbatasan Tak Halangi Semangat Belajar
PERDASAKITA.ID | KONAWE — Suara riuh siswa SMA Negeri 1 Padangguni mengisi ruang kelas darurat yang berdinding kayu dan beratap seng bekas. Di tengah terik matahari Sulawesi Tenggara, mereka tetap bersemangat menimba ilmu, meski atap yang bocor kerap menjadi “langit-langit” tak terduga saat hujan turun.
Sekolah yang berdiri di Desa Mekar Jaya pada 2023 ini ibarat bayi yang harus berjalan cepat. Lahan seluas satu hektare itu hanya diisi tiga ruang permanen hasil dana aspirasi anggota DPRD Sultra. Satu ruang dipakai sebagai kantor, sementara dua lainnya harus bergantian menampung kelas X dan XI.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sekolah ini seperti memainkan puzzle waktu. “Pagi untuk kelas X, siang untuk XI, dan kelas XII terpaksa menumpang di ruang darurat,” ujar Junaiddin, Kepala SMA Negeri 1 Padangguni, dengan senyum getir.
Ketika proposal bantuan ke pemerintah provinsi terus menguap tanpa realisasi, orang tua siswa dan guru tak tinggal diam. Dengan patungan dan tenaga, mereka mendirikan ruang darurat untuk kelas XII—dindingnya dari papan bekas, atapnya seng yang sudah keropos, namun penuh makna.
“Kami tidak bisa menunggu. Anak-anak butuh ruang belajar yang layak, meski sederhana,” kata Siti, salah satu orang tua siswa yang turun langsung membangun kelas.
Junaiddin mengaku sudah lima kali mengajukan bantuan, namun selalu terbentur alasan “masih ada sekolah yang lebih prioritas”. Tahun ini, ia mencoba lagi, berbekal koordinasi dengan Dinas Pendidikan Sultra.
“Pak Kadis bilang akan coba bantu di perubahan anggaran. Tapi kalau belum dapat lagi? Ya, kami harus sabar,” ujarnya sambil tersenyum kecil.
Di sudut kelas darurat, seorang siswa menulis di papan: “Bukan gedung yang membuat kami pintar, tapi tekad kami untuk maju.” Mungkin, itu lah semangat yang terus mengaliri setiap jengkal SMA Negeri 1 Padangguni.
Kondisi SMA Negeri 1 Padangguni menjadi cermin ironi pendidikan di daerah tertinggal—antara keterbatasan dan semangat yang tak pernah padam. Sementara pemerintah masih sibuk dengan skala prioritas, guru, orang tua, dan siswa di Padangguni, Kabupaten Konawe memilih untuk bergerak, meski hanya dengan kayu bekas dan atap yang bocor. JM