Dua rumah ludes dilalap si jago merah, meninggalkan dua keluarga tanpa atap untuk berteduh
PERSADA KITA.ID| KONAWE – Sabtu siang di Desa Barowila, Kecamatan Tongauna Utara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), langit terasa berat. Bukan karena mendung atau hujan, melainkan jejak pilu yang masih membekas di tanah bekas kobaran api. Dua rumah ludes dilalap si jago merah pada Jumat 2 Mei 2025 itu, meninggalkan dua keluarga tanpa atap untuk berteduh. Namun, di antara puing-puing kehancuran, harapan datang dengan langkah pasti—dibawa oleh orang-orang yang peduli.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kapolres Konawe, AKBP Noer Alam, SIK., bersama istrinya, Ny. Devi Noer Alam, selaku Ketua Bhayangkari Cabang Konawe, memilih untuk tak sekadar mendengar. Mereka menyusuri jalan desa, mendatangi Andi Masse dan Andi Heri, dua korban yang kehilangan segalanya dalam sekejap, Sabtu (3/5/2025).
Tangan Andi Masse gemetar saat menjabat erat tangan Kapolres. Matanya berkaca-kaca, sementara Andi Heri hanya bisa memeluk anaknya yang masih polos, belum sepenuhnya paham mengapa rumahnya kini tinggal abu. Dari tangan pasangan ini, mereka menerima bantuan sembako, uang tunai, dan sesuatu yang mungkin lebih berharga: kepedulian yang tulus.
“Semoga bantuan ini bisa sedikit meringankan beban,” ucap AKBP Noer Alam, suaranya tenang namun penuh keyakinan.
Tak sendirian, rombongan Polres Konawe—termasuk Wakapolres, pejabat utama, Bhayangkari, dan Kapolsek Tongauna—turut hadir, membaur tanpa sekat. Camat Tongauna Utara, Ketua Ranting Bhayangkari, dan Kepala Desa Barowila juga menyambut dengan haru. Di tengah sisa-sisa rumah yang hangus, tawa kecil anak-anak mulai terdengar lagi, seolah mengikis kesedihan yang sempat menyelimuti.
Ini bukan sekadar seremonial penyerahan bantuan. Ini tentang manusia yang hadir untuk manusia lainnya. Tentang polisi yang tak hanya menjaga keamanan, tetapi juga mengulurkan tangan saat warga terjatuh. Tentang Bhayangkari yang tak hanya berkumpul di acara resmi, tetapi juga turun ke pelosok, merasakan apa yang dirasakan masyarakat.
“Kami ingin mereka tahu, mereka tidak sendirian,” ujar Ny. Devi Noer Alam, sambil menyapa seorang ibu yang masih terlihat syok.
Saat rombongan berpamitan menjelang pukul tiga sore, langit Barowila tampak lebih cerah. Mungkin karena matahari mulai menampakkan diri, atau mungkin karena hati warga yang perlahan mulai terisi kembali dengan harapan.
Karena di balik setiap musibah, selalu ada tangan-tangan yang siap mengangkat kita kembali.
JM/Persada Kita.id