Di tengah gempuran impor tenaga kerja asing di sektor industri berat, Kabupaten Konawe justru membalik narasi—dengan bantuan hibah strategis dari PT Obsidian Stainless Steel (OSS), Balai Latihan Kerja (BLK) Konawe kini bertransformasi menjadi learning factory berstandar industri global. Bukan lagi mimpi: anak muda Konawe akan mengoperasikan loader, mengelas baja stainless, bahkan menjadi teknisi andal—semua dimulai dari workshop di BLK Konawe.
Konawe, PERSADA KITA.ID — Dalam sebuah langkah bersejarah yang menjadi benchmark kolaborasi public-private partnership di Indonesia Timur, Pemerintah Kabupaten Konawe resmi menerima hibah strategis dari PT Obsidian Stainless Steel (OSS)—perusahaan pengolahan nikel terintegrasi terbesar di dunia—untuk memperkuat kapasitas Balai Latihan Kerja (BLK) Konawe.

Penyerahan simbolis dilakukan Jumat (7/11/2026) di Gedung BLK Konawe, dengan suasana penuh semangat dan harapan. Bupati Konawe, Ir. H. Yusran Akbar, S.T., menerima langsung bantuan tersebut, didampingi Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Nakertrans, dan jajaran OPD terkait.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Yang membedakan hibah ini dari bantuan serupa di daerah lain? Nilainya bukan hanya nominal—tapi relevansi industri. Bukan sekadar meja kursi atau whiteboard, PT OSS menyerahkan peralatan berat berstandar operasional pabrik:
- 1 unit Loader (Wheel Loader) — untuk pelatihan operator alat berat
- Genset 100 kVA — menjamin ketersediaan daya untuk pelatihan 24/7
- Peralatan teknis lengkap: Las listrik & TIG, bor hidrolik, mesin bubut, alat ukur presisi, dan tool kit mekanik industri

“Ini bukan bantuan biasa. Ini adalah bridge—jembatan antara dunia pendidikan vokasi dan kebutuhan riil industri,” tegas Bupati Yusran Akbar dalam sambutannya, yang disambut tepuk tangan saat penyerahan tersebut.
Bupati Yusran menegaskan, hibah ini selaras dengan Visi KONAWE BERSAHAJA (Berdaya Saing, Sejahtera, Adil, dan Berkelanjutan)—khususnya pilar peningkatan SDM berkualitas.
“Kami tak ingin lagi mendengar cerita anak muda Konawe menganggur sementara lowongan kerja di pabrik cenderung terisi oleh tenaga dari luar. Hari ini, kami mulai membalik skenario itu. BLK bukan lagi ‘kelas tambahan’—tapi pusat inkubasi talenta industri masa depan!,” tegas Bupati Yusran
Program pelatihan unggulan pasca-hibah meliputi:
- Welder Specialist (Sertifikasi BNSP & ASME)
- Heavy Equipment Operator (Loader, Excavator Simulator & Real)
- Industrial Mechanic & Maintenance Technician
- Digital Literacy for Blue-Collar Workers (terobosan baru!)

Komitmen yang Lebih dari CSR
Perwakilan Manajemen PT OSS, Ahmad Riat, menegaskan bahwa dukungan ini adalah bagian dari strategi keberlanjutan perusahaan—bukan sekadar program corporate social responsibility (CSR).
“Investasi terbesar OSS bukan hanya di pabrik, tapi salah satunya di sumberdaya manusia. Kami percaya, keberlanjutan industri nikel akan runtuh jika masyarakat sekitar tidak ikut tumbuh. Hari ini kami berikan alat, besok kami butuh 500 teknisi lokal—dan kami ingin mereka berasal dari Konawe, dilatih di Konawe, bekerja untuk Konawe,” ujarnya.
PT OSS bahkan membuka jalur prioritas rekrutmen bagi lulusan BLK Konawe, termasuk skema apprenticeship langsung di pabrik Morowali-Konawe Industrial Park.
Dari Lokal ke Nasional
- Dengan kapasitas pelatihan yang diperluas, BLK Konawe kini diprediksi akan mampu:
Melatih 500–700 peserta/tahun. - Menekan angka pengangguran usia produktif di Konawe (diperkirakan saat ini diangka 6,8% dengan target 3,5% dalam 3 tahun kedepannya.
- Haparannya menjadi pilot project BLK industry-linked versi Kementerian Ketenagakerjaan RI
“Ini blueprint untuk Indonesia Timur,” kata pemerhati Ekonomi dan ketenagakerjaan dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Tenggara, Sastra Alamsyah. “Kolaborasi seperti ini bisa direplikasi di Morowali, Halmahera, bahkan Freeport—selama ada kemauan politik dan komitmen bisnis yang tulus dengan visi besar.” harapnya.
Dengan hibah ini, Kabupaten Konawe tak hanya membangun skill—tapi juga harga diri. Setiap las yang menyala, setiap mesin yang dinyalakan, adalah perlawanan halus terhadap stigma bahwa daerah penghasil sumber daya alam hanya layak jadi penonton.
Di sini, di Konawe, masa depan industri Indonesia sedang dilas—oleh tangan-tangan muda yang bangga menyebut: “Saya lulusan BLK Konawe.” JM















