Kita punya pasar digital terbesar di kawasan. Tapi apakah kita hanya akan jadi penonton, atau pemain utama di era AI dan ekonomi digital?” Tantangan itu dilontarkan Bamsoet kepada generasi muda Indonesia, menekankan bahwa kepemimpinan mereka menentukan nasib bangsa.
Jakarta, PERSADA KITA.ID — Anggota DPR RI, Ketua MPR RI ke-15, sekaligus Dosen Tetap pada Program Pascasarjana (S3) Ilmu Hukum di Universitas Borobudur, Universitas Jayabaya, dan Universitas Pertahanan (Unhan), Bambang Soesatyo menegaskan bahwa kepemimpinan generasi muda akan menjadi kunci daya saing dan ketahanan nasional Indonesia di tengah gelombang disrupsi teknologi dan dinamika geopolitik global.

Menurutnya, arah masa depan bangsa tidak lagi ditentukan oleh kekuatan konvensional semata, melainkan oleh kemampuan generasi muda untuk mengambil peran strategis dalam ekonomi digital, kesiapsiagaan geopolitik, serta upaya menjaga kedaulatan nasional di kancah internasional.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Generasi muda kita adalah digital native—mereka tumbuh dalam ekosistem internet dan inovasi teknologi. Mereka memiliki keberanian mencoba, terbiasa dengan kolaborasi lintas disiplin ilmu, serta cepat belajar dari kegagalan. Modal ini harus diarahkan untuk melahirkan pemimpin yang gesit, berintegritas, dan memiliki wawasan global,” ujar Bambang Soesatyo—yang akrab disapa Bamsoet—saat menjadi Juri Kehormatan Competition of Business and Management (COBISMA) 2025, yang diselenggarakan Universitas Terbuka (UT) secara daring dari Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Acara tersebut turut dihadiri oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UT Meirani Harsas, Keynote Speaker Antoine Paul Musu dari University of Western Australia, serta Dewan Juri yang terdiri dari Adi Masli (University of Kansas), Martino Wibowo (UT), dan Erno de Korte, Co-founder PLUS.
Bamsoet, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7, mengungkapkan bahwa penetrasi internet di Indonesia terus meningkat pesat. Berdasarkan survei terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada 2025 sebanyak 229,4 juta penduduk—atau sekitar 80,66% dari total populasi—telah terhubung ke internet. Mayoritas pengguna berasal dari kalangan generasi muda, terutama Gen Z dan milenial.
“Angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah bukti nyata potensi besar kepemimpinan digital yang bisa menjadi pendorong utama daya saing nasional,” tegasnya.
Dalam konteks ekonomi digital, Bamsoet mengacu pada laporan e-Conomy SEA 2024 yang menempatkan Indonesia sebagai pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara, dengan proyeksi Gross Merchandise Value (GMV) mencapai sekitar US$90 miliar pada 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh maraknya e-commerce dan layanan keuangan digital.
“Momentum ini membuka peluang besar bagi pemimpin muda untuk mengakselerasi pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), memperluas inklusi keuangan, serta memperkuat produktivitas UMKM melalui digitalisasi,” ujarnya.
Lebih jauh, sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polkam) KADIN Indonesia, Bamsoet menekankan tiga pilar utama yang harus menjadi fokus kepemimpinan generasi muda di era globalisasi:
Pertama, penguasaan teknologi yang beretika, dengan penekanan pada literasi data, keamanan siber, dan tanggung jawab digital.
Kedua, inovasi yang berdampak luas, khususnya di sektor-sektor strategis seperti kesehatan, pertanian, pendidikan, dan ekonomi mikro. Ketiga, pemahaman geopolitik yang matang, agar Indonesia mampu menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional di tengah ketegangan rivalitas kekuatan besar dunia.
“Indonesia memiliki tiga keunggulan strategis: banyaknya calon pemimpin muda potensial, pasar digital terbesar di kawasan, dan posisi geopolitik yang sangat strategis. Dengan kepemimpinan yang berlandaskan data, inovasi, dan wawasan global, generasi muda bukan hanya mampu beradaptasi dengan perubahan dunia—tapi juga ikut membentuk masa depan bangsa,” pungkas Bamsoet.
Ia berharap, kompetisi seperti COBISMA 2025 dapat menjadi wadah bagi anak muda untuk mengasah kemampuan, menguji ide, dan membangun jaringan lintas sektor, demi terwujudnya Indonesia yang lebih tangguh, inovatif, dan berdaulat di era disrupsi. JM