Di balik angka 10 desa tertinggal dan nol desa mandiri, Bupati Konawe H. Yusran Akbar mengumumkan “perang budaya” terhadap mentalitas stagnan. Di hadapan 291 kepala desa, ia tak hanya menawarkan dana—tapi revolusi cara berpikir: dari “apa yang bisa saya ambil?” menjadi “apa yang bisa saya beri?
KONAWE, PERSADA KITA.ID – Di balik senyum pagi yang menyapa ratusan kepala desa dan lurah se-Kabupaten Konawe, Senin (29/9/2025), tersimpan tekad besar yang siap mengguncang status quo pembangunan desa. Di hadapan Forkopimda, Ketua DPRD, Wakil Bupati, H Syamsul Ibrahim, pejabat daerah, perwakilan BPK, BPKP, hingga instansi vertikal, Bupati H. Yusran Akbar tak sekadar memberi sambutan—ia melempar wake-up call – berupa pengalaman yang memberikan perspektif untuk mendorong kemajuan saat membuka secara resmi Rapat Koordinasi Pelaksanaan dan Pengawasan Program Strategis Pemerintah Daerah Tahun 2025–2029 yang digelar di Aula Hotel Nugraha, Unaaha, Kabupaten Konawe.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kita punya 10 desa tertinggal. 199 desa masih berkembang. Dan belum satu pun desa mandiri,” ujarnya tegas, mengutip data terkini. Tapi di balik realitas itu, ia menegaskan: Konawe punya segalanya—sumber daya alam melimpah, semangat gotong royong, dan yang paling penting: para pemimpin desa yang bisa berubah.
Dengan nada penuh semangat dihadapan 291 Kepala desa, Bupati Yusran mengajak seluruh kepala desa meninggalkan mindset lama: “Apa yang bisa saya ambil dari desa ini?” dan beralih ke: “Apa yang bisa saya berikan untuk desa ini?”

Ia mencontohkan Desa Ponggok di Klaten yang kini meraup pendapatan Rp5 miliar per tahun dari wisata bawah air—padahal dulu hanya desa pertanian biasa. Atau Desa Panggungharjo di Bantul yang mengubah sampah jadi berkah ekonomi lewat composter bag. “Jika mereka bisa, mengapa kita tidak?” tantangnya.
Untuk mewujudkan visi “Membangun Desa, Menata Kota, Menuju Konawe Bersahaja”, Bupati menggagas lima karakter wajib pemimpin desa: visioner, adaptif, kolaboratif, berani ambil risiko terukur, dan berpikir out of the box.
Dan ini bukan retorika. Pemkab Konawe berkomitmen memberikan:
Pelatihan kapasitas bagi kades dan lurah, Akses pendanaan melalui Koperasi Merah Putih dan BUMDes, Fasilitasi kemitraan dengan swasta dan kampus dan Reward bagi desa inovatif yang menunjukkan progres nyata.
“Tidak ada desa yang terlalu kecil untuk membuat perubahan besar,” tutup Bupati, mengutip pesan inspiratif yang selalu ia pegang.
Rapat koordinasi ini pun resmi dibuka sebagai titik awal transformasi desa Konawe—bukan hanya sebagai administrasi pemerintahan, tapi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, budaya, dan inovasi. JM