Setelah beberapa lama menuntut kejelasan, puluhan warga Kecamatan Routa akhirnya mendapat jawaban tegas dari Pemerintah Kabupaten Konawe dan pihak perusahaan: Smelter yang dijanjikan di Routa memang akan dibangun — tapi bukan oleh PT. Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), melainkan oleh PT. Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
Konawe, PERSADA KITA.ID — Tegang, penuh tanya, dan sarat harapan. Itulah gambaran suasana di Ruang Rapat Bupati Konawe, Rabu (10/9/2025), ketika puluhan warga Kecamatan Routa — yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Routa Bersatu — duduk sejajar dengan jajaran elite daerah dan manajemen perusahaan tambang raksasa, PT. Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).

Rapat yang awalnya dijadwalkan Selasa (9/9) ini mundur sehari, tapi justru menjadi panggung pengungkapan fakta penting: Smelter yang selama ini dijanjikan di Routa, bukan dibangun oleh PT. SCM — melainkan oleh PT. Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sepekan sebelumnya, warga Routa sempat menggegerkan kawasan pertambangan. Mereka menyegel aktivitas PT. SCM, menuntut realisasi janji pembangunan smelter yang hingga kini tak kunjung dimulai. Aksi itu akhirnya redam setelah aparat kepolisian turun tangan. Tapi tekanan publik tak surut — hingga akhirnya Pemkab Konawe menjadwalkan pertemuan khusus.
Rapat dipimpin langsung Bupati Konawe, H. Yusran Akbar ST, didampingi Wakil Bupati H. Syamsul Ibrahim, Ketua DPRD, Kajari, Waka Polres, Sekda, dan sejumlah kepala OPD. Semua pihak hadir. Tidak ada yang absen. Ini bukan rapat biasa — ini pertaruhan kepercayaan antara rakyat, pemerintah, dan investor.
“Kami Hanya Minta Kejelasan: Apakah Smelter Akan Dibangun di Routa?”
Eko Adrian, perwakilan pemuda Routa, tegas menyampaikan tuntutan utama: “Tanpa sosialisasi dan kejelasan, smelter tidak akan jadi. Padahal lahan 3.000 hektar lebih sudah siap. Kami menagih janji!”
Ahmad, warga Kelurahan Routa, bahkan lebih lugas:
“Kami datang jauh-jauh dari Routa hanya untuk satu pertanyaan: Apakah Pemkab Konawe benar-benar mendukung jika PT. SCM tidak membangun smelter di sini? Itu saja yang kami mau tahu hari ini.”
Tidak ada basa-basi. Tidak ada retorika. Warga hanya ingin kepastian.
Pengakuan Mengejutkan: SCM Fokus Tambang, Smelter Diserahkan ke IKIP
Di tengah ketegangan, Budi — perwakilan manajemen PT. SCM — mulai membuka data teknis. Ia menjelaskan bahwa SCM fokus pada penambangan lemonit, jenis nikel kadar rendah (0,7%) yang justru dianggap “sampah” oleh perusahaan lain, tapi jadi emas bagi SCM karena bisa diolah untuk baterai kendaraan listrik.
“Kami tidak buang lemonit. Kami olah. Dan itu yang diapresiasi pemerintah. Di Sultra, hanya segelintir perusahaan yang bisa lakukan ini,” ujarnya.
Tapi soal smelter? Budi jujur: SCM tidak membangunnya.
Lalu siapa?
Didi, perwakilan PT. IKIP, tampil menjawab. Ia menjelaskan bahwa IKIP adalah pengelola kawasan industri yang akan membangun smelter di atas lahan 3.563 hektar di dalam konsesi 21.000 hektar milik SCM.
“SCM bertugas menambang. IKIP yang membangun pabrik hilirnya. Saat ini, kami sedang menyiapkan lahan dan mencari investor. Tapi ada moratorium dari pusat yang membuat proses tertunda,” ungkap Didi.
Ia juga meminta dukungan semua pihak agar iklim investasi tetap kondusif.
“Jangan sampai ketidakpastian atau aksi massa membuat investor kabur. Kita semua ingin smelter itu berdiri — tapi butuh proses dan kesabaran.”
Wabup Syamsul: “Dulu ke Routa Butuh 14 Jam, Sekarang Cuma 6 Jam — Itu Berkat SCM!”
Wakil Bupati Konawe, H. Syamsul Ibrahim, tampil dengan nada emosional namun penuh optimisme. Ia mengingatkan warga bahwa kehadiran SCM telah membawa perubahan nyata.
“Tahun 2007, saya butuh 14 jam untuk sampai ke Lalomerui. Sekarang? Cuma 6-7 jam. Itu bukan kebetulan — itu dampak nyata investasi SCM di Routa.”
Ia juga menegaskan dukungan penuh Pemkab terhadap pembangunan smelter — meski pelaksananya bukan SCM, tapi IKIP.
“Kami bangga. Kami ikhlas. Dari awal, konsepnya memang smelter. Sekarang, meski pelaksananya berbeda, tujuannya tetap sama: smelter akan dibangun di Routa!”
Syamsul juga menyoroti satu titik krusial: Revisi Amdal Maret 2025 yang menyatakan “SCM tidak akan membangun pabrik” telah menimbulkan salah paham besar di masyarakat.
“Itu yang bikin resah. Kalimat itu harus direvisi agar tidak jadi blunder. Bukan berarti tidak ada smelter — tapi yang bangun adalah IKIP, bukan SCM. Titik.”
Bupati Yusran: “Duduk Bersama, Jangan Ada Ego!”
Di awal rapat, Bupati Yusran Akbar menekankan pentingnya dialog tanpa sekat.
“Investasi harus membawa manfaat. Tapi semuanya butuh proses. Kita harus duduk bersama, bicara jujur, cari solusi — tanpa ego sektoral atau kelompok.”
Ia juga menegaskan komitmen Pemkab:
“Kami mendukung penuh pembangunan smelter di Routa. Siapa pun yang membangunnya — asal sesuai aturan dan membawa manfaat bagi rakyat.”
Rapat berakhir dengan kesepakatan implisit:
- Smelter akan dibangun di Routa — oleh PT. IKIP, bukan PT. SCM.
- Lahan 3.563 hektar sudah disiapkan dan masuk dalam dokumen Amdal IKIP.
- Proses menunggu investor dan regulasi pusat — termasuk pencabutan moratorium.
- Pemkab Konawe berkomitmen mendorong revisi Amdal agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
- Masyarakat diminta menjaga iklim investasi agar proses berjalan lancar.
Bagi warga Routa, rapat ini bukan akhir — tapi awal dari fase baru. Janji smelter belum batal, hanya berganti pelaku. Tugas berat kini ada di pundak IKIP dan Pemkab: membuktikan bahwa kata “akan” benar-benar berubah jadi “sedang dibangun”.
Sementara itu, di luar ruangan, langit Konawe mulai gelap. Tapi di hati warga Routa, secercah cahaya mulai menyala — asal janji itu tak lagi sekadar retorika. JM