Dari pelosok Desa Wawotobi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, seorang remaja belia membawa angin segar ke panggung nasional: dengan senyum tulus, kepribadian autentik, dan kepercayaan diri yang memancar, Eisyah Febrina—siswi SMPN 1 Wawotobi—mengukir sejarah baru dengan meraih prestasi gemilang di Lomba Pesona Wajah Indonesia Tingkat Nasional 2025, menyisihkan ratusan pesaing dari seluruh Nusantara.
Jakarta, PERSADA KITA.ID – Langkah kecil dari Wawotobi, Konawe, ternyata mampu menggema hingga Golden Boutique Hotel, Kemayoran, Jakarta Pusat. Di sana, di bawah sorotan lampu panggung dan tatapan ratusan juri serta penonton, Eisyah Febrina (14), siswi kelas VIII SMPN 1 Wawotobi, menorehkan tinta emas dalam perjalanan prestasi anak-anak Indonesia.
Dalam ajang Lomba Pesona Wajah Indonesia Tingkat Nasional 2025 yang digelar oleh PLOOR MANAGEMENT, Eisyah bukan hanya tampil — ia memimpin dengan pesona. Dengan balutan kebaya modifikasi khas Sulawesi Tenggara dan tarian daerah Lulo yang memukau, ia menyuguhkan harmoni antara tradisi lokal dan kekinian—tanpa kehilangan esensi keaslian.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penilaian yang komprehensif—meliputi modeling, public speaking, talent, kepribadian, dan presence—tak membuatnya gentar. Justru, di sanalah keunggulan Eisyah bersinar: ia tak sekadar cantik, tapi punya jiwa yang bicara.
“Saya ingin orang tahu, bahwa anak Konawe itu berani, punya mimpi besar, dan siap bersaing—di mana pun,” ujar Eisyah suaranya mantap, matanya berbinar.

Kemenangannya bukan kebetulan. Di balik balutan busana dan senyum percaya diri, ada ratusan jam latihan, dukungan komunitas desa, dan kegigihan seorang ibu yang rela menemani Eisyah berlatih hingga tengah malam—meski harus menyalakan lampu pelita karena listrik sering padam.
Irsan Jaya, ayah Eisyah, mengaku hampir tak percaya saat nama putrinya dipanggil sebagai salah satu pemenang.
“Ini lebih dari trofi. Ini bukti bahwa anak-anak kami di daerah punya potensi luar biasa—cuma butuh kesempatan dan kepercayaan,” ungkapnya, suara bergetar menahan haru.
Ia tak lupa mengucapkan terima kasih kepada PLOOR MANAGEMENT, Pemerintah Kabupaten Konawe, Kepala SMPN 1 Wawotobi, Ibu Puspa Eka Misna, SE., M.Si. (Koordinator Daerah Konawe), serta Nur Adha, sang mentor yang membimbing Eisyah dari nol hingga naik panggung nasional.
Yang menarik, prestasi Eisyah bukan sekadar kemenangan personal—ia kini menjadi duta inspirasi bagi ribuan siswa di Konawe. Sekolahnya langsung menginisiasi program “Eisyah Febrina Class”, kelas khusus pengembangan karakter, public speaking, dan seni budaya—bukan untuk menciptakan “bintang”, tapi melahirkan anak-anak yang berani tampil, berpikir kritis, dan bangga pada akar budayanya.
Eisyah Febrina mungkin masih duduk di bangku SMP—tapi malam itu, di Jakarta, ia mengajarkan satu hal penting pada bangsa ini:
“Jangan pernah meremehkan mimpi anak daerah. Mereka bukan tertinggal—mereka hanya menunggu saatnya bersinar.” JM















